Mata dan Tangan
Oleh : Imam Syafi'i
suatu
ketika disiang hari, pukul 12.00 ketika aku mengantarkan majalah kepada donatur,
yang sudah menjadi tugas bulananku , karena waktu itu rute yang aku lewati
dekat dengan ampel dan bertepatan dengan waktu sholat dzuhur juga, aku membelokkan
motor yangku naiki untuk mampir sejenak untuk sholat dan melepas lelah setelah
berkeliling mengantarkan majalah. Seperti pengunjung pada umumnya setelah memarkir
motor, aku segera menuju masjid agung sunan ampel. Kemudian duduk diserambi
masjid beristirahat menikmati angin sepoi-sepoi yang melewati tubuhku. Cuaca
disiang itu memang sangat terik sekali, membuat tenggorokanku mengering.
Walhasil aku segera mengeluarkan air minum dari dalam tasku untuk ku minum. Helaan
nafas panjang menandakan dahaga dan rasa hausku hilang seketika.
Beberapa
waktu kemudian setelah rasa capek hilang aku pergi untuk mengambil wudhu, di
tengah-tengah melakukan wudhu tiba-tiba ada seorang paruh baya memegang
punggungku dari arah belakang dengan agak keras seperti orang memukul, sontak
aku kaget bagaimana tidak? Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba dipukul
dari belakang. Segera aku selesaikan wudhuku dan langsung menoleh. Terlintas
dibenakku untuk memarahi orang tadi. Namun apa yang terjadi setelah aku menoleh
untuk menegornya, ternyata seorang yang paruh baya tadi tuna netra (tidak bisa
melihat).
Aku
segera membatalkan niatku untuk memarahinya, aku memakluminya mungkin dia tidak
sengaja karena memang keadaannya yang demikian, aku mencoba berprasangka baik. Sebenarnya aku juga berniat membantunya tapi, kulihat nampaknya bapak tadi sudah hafal
dengan keadaan tempat wudhu’ sehingga tidak membutuhkan bantuan lagi. aku
terdiam sejenak memperhatikannya, untuk memastikan bapak tadi tidak nyasar ke
tempat lain. Dari yang sebelumnya ingin memarahinya jadi ingin membantu dan
menolongnya. Akupun “beristihgfar” karena terbawa emosi dan berprasangka buruk
tanpa melihat dengan baik dulu. Setelah itu aku segera kembali ke masjid untuk
melakukan sholat dzuhur.
Setelah
menunaikkan sholat, aku pun kembali duduk
beristirahat diserambi masjid bersantai sejenak sambil menikmati pemandangan
lalu lalang pengunjung yang berdatangan. Dari situ aku juga berpikir tentang
bapak tuna netra tadi, dengan keadaan yang terbatas beliau masih menyempatkan
diri untuk datang berziarah ketempat wali Allah. Membutuhkan usaha yang agak
sedikit berbeda dengan kita yang normal, untuk melakukan aktivitas, apalagi
pergi ketempat baru, dengan keadaan yang baru pula, yang sebelumnya tidak dia
kenal sama sekali. Pastinya juga membutuhkan usaha yang lebih berat lagi. Salut
buat bapak tuna netra tadi yang boleh dibilang masih semangat beribadah
meskipun dengan keadaan yang terbatas. Betapa hebat orang-orang yang memiliki
kemampuan terbatas, tetapi masih terus istiqomah beribadah dan mendekatkan diri
kepada sang ilahi. Sebagaimana kita ketehui mata adalah jendela dunia. Dengan
mata seseorang bisa melihat indahnya dunia. Juga semua keburukan yang terjadi
di depannnya. Mata selalu menjadi organ paling depan yang dihadapkan pada dua
pilihan, melihat yang baik dan menghindari yang buruk, atau melihat yang buruk
dan menghindari yang baik. Tinggal bagaimana kita memilih meggunakan mata kita.
Melihat
keadaanku yang alhamdulilah sehat tanpa kekurangan sedikit apapun dengan penglihatan
yang masih tajam dan jelas pula, harusnya lebih semangat lagi menjalankan
ibadah dan harus tetap teguh menjalankan prinsip-prinsip agama. Apa lagi didukung dengan keadaan yang sehat
tanpa kekuarang sedikit apapun, salah satu anugrah dari Allah SWT yang patutku
syukuri. Disisi lain dilorong pintu masuk menuju masjid agung sunan ampel,
banyak orang meminta-minta dengan keadaan normal yg jiwanya sehat, raganya
sehat tak kurang apa-apa meminta & mengemis menjulurkan tangannya kepada
para peziarah.
Sehat
dan normal anugrah dari Allah harus kita syukuri dan kita gunakan untuk ibadah,
termasuk mencari kerja yang layak. Bukankah ada pepatah yang mengatakan “tangan
diatas lebih baik dari pada tangan dibawah”. Sebuah pepatah mulia yang
megajarkan kepada kita untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Semoga
kita termasuk orang-orang yang menggunakan semua organ tubuh kita untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aaaamiiiin.
Komentar
Posting Komentar