Postingan

Si Mbah yang Dermawan

Oleh : Imam Syafi'i Hari jum’at telah tiba, tiba saatnya pula bagi umat muslim untuk menunaikan kewajiban yaitu melaksanakan sholat jumat. Hari jumat merupakan hari yang paling utama (afdhal) dari semua hari dalam sepekan. Dia adalah hari yang penuh barakah. Maka, sepantasnya sebagai seorang muslim memanfaatkan hari yang mulia dan barakah ini dengan ibadah-ibadah yang sunnah maupun wajib. Sejak pagi aku tidak ada kegiatan, namun bukan berarti aku menganggur. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Baru pukul 10 aku telah bersiap-siap menunaikan ibadah sholat jum’at di masjid tak jauh dari tempat aku tinggal yaitu pesma midroor. Aku kenakan pakaian terbaik yang kumiliki, karena memang itu salah satu sunnah yang harus kita lakukan manakala akan menunaikkan sholat jumat atau pergi kemasjid, selain potong kuku, perbanyak sholawat, memakai wewangian dan mandi tentunya. Lalu setelah keadaanku siap untuk berangkat menuju masjid, aku biasa melewati sebuah rumah tak lain dan tak

Bersyukurlah

Oleh: Imam Safii Aku dulu berpikir betapa bahagianya ketika memiliki computer. Banyak hal yang inginku lakukan dengan benda kotak berwarna hitam ini, mulai dari browsing membaca info info terbaru, mendengarkan musik, belajar ngetik 10 jari, menulis banyak karya tulis ilmiah sebanyak banyaknya dan masih banyak lagi. Seiring berjalannya waktu semua hal positif yang ingin kulakukan dengan computer ini terkikis dengan hal hal yang tidak penting lainnya, aku lebih banyak main game, bermain media social yang tidak penting, malas, sibuk yang tak seberapa menjadi penghalangku untuk belajar. Alhasil aku sadar dengan kebiasan tidak baik yang aku lakukan, aku harus bisa mengembalikan niat awalku memiliki computer, belajar dan belajar. Beberapa tahun berlalu aku tambah sadar, ketika aku melihat salah seorang teman yang bernama lutfiyah sangat pintar desain menurutku, menggunakan salah satu aplikasi photosop. Aku baru menyesal kenapa aku yang memiliki computer tidak mempelajarinya, dan

Mata dan Tangan

Oleh : Imam Syafi'i suatu ketika disiang hari, pukul 12.00 ketika aku mengantarkan majalah kepada donatur, yang sudah menjadi tugas bulananku , karena waktu itu rute yang aku lewati dekat dengan ampel dan bertepatan dengan waktu sholat dzuhur juga, aku membelokkan motor yangku naiki untuk mampir sejenak untuk sholat dan melepas lelah setelah berkeliling mengantarkan majalah. Seperti pengunjung pada umumnya setelah memarkir motor, aku segera menuju masjid agung sunan ampel. Kemudian duduk diserambi masjid beristirahat menikmati angin sepoi-sepoi yang melewati tubuhku. Cuaca disiang itu memang sangat terik sekali, membuat tenggorokanku mengering. Walhasil aku segera mengeluarkan air minum dari dalam tasku untuk ku minum. Helaan nafas panjang menandakan dahaga dan rasa hausku hilang seketika. Beberapa waktu kemudian setelah rasa capek hilang aku pergi untuk mengambil wudhu, di tengah-tengah melakukan wudhu tiba-tiba ada seorang paruh baya memegang punggungku dari arah belak

Masya Allah Laa Quwwata illa Billah

Oleh: Imam Safii Bak k isah seekor anak ayam yang kebingungan dan sangat memprihatinkan karena ditinggal induknya mencari makanan. Setidaknya gambaran semacam itulah yang paling pas untuk mengilustrasikan bagaimana suasana hatiku saat pertama kali menginjakkan kaki di sebuah tempat yang kemudian hari aku kenal dengan nama Pondok Pesantren. Maka tidak heran jika sebagian orang menempelkan kalimat “penjara suci” untuk sebutan lembaga pendidikan yang didesain berkamar-kamar hampir mirip sel tahanan ini. Lebih-lebih bagi santri baru yang sebelumnya belum pernah merasakan tinggal jauh dari orang tua. Seperti aku, saat pertama kali mengenal Pondok Pesantren dan menghabiskan hari-hariku dalam lingkaran baru yang sama sekali asing bagiku. Hari itu pandanganku tertuju pada satu tulisan yang asing bagiku. Tulisan itu adalah Masya Allah Laa Quwwata illa Billah. Aku banyak melihat tulisan itu di lingkungan pondok pesantren al-Midroor, tempat aku mondok. Baik di kaca mobilnya pak Kyai